Surat Terbuka untuk Pak Sofyan Basir



Salam hormat untuk Pak Sofyan.

Mungkin Bapak tidak mengenal saya. Bukan mungkin lagi, pasti sih. Beberapa orang bilang perawakan kita bagai pinang dibelah dua. Walau gaji saya dan bapak bedanya bagai orang panjat pinang, punya Bapak jauh di atas sana. Kita hanya berjumpa beberapa kali, saat upacara dan family day. Jika kita ada di ruang yang sama pun, saya tidak mampu berbuat banyak. Wajah saya pucat, dengkul saya lemas, jantung saya berdegup kencang, pantat saya terasa gatal (ini grogi atau kremian sih?). Oleh karena itu, surat rasanya lebih pas untuk mengungkapkan isi hati saya.

Pak Sofyan yang saya hormati,

Beberapa hari ini nama Bapak bertengger di situs berita online. Membacanya bagai terkena petir di siang bolong. Baru Minggu kemarin, Bapak bilang tidak dapat memimpin perusahaan lagi karena ketentuan. Beberapa hari kemudian ternyata Bapak sudah pindah ke kapal lain. Bahkan belum one month notice. Perih, Pak. Rasanya pengin ngajak RAN karaoke, "Tiadaa kusangkaaaa... Begitu sajaaa.."

Pak Sofyan ijinkan saya bercerita. Beberapa minggu lalu, saya menggantikan jabatan bos saya. Sementara sih, tapi rasa-rasanyaTM ingin melambaikan tangan ke kamera aja. Gak kuat, Pak. Sepanjang hari gelisah, deg-degan, dan bikin susah tidur. Saya coba merenung, mungkin berbeda dengan yang lain, saya gak pernah berambisi untuk meraih jabatan tertentu. Bagi saya, gak papa hanya sebatas staff, yang penting apa yang saya lakukan bisa berguna untuk orang lain. Seperti prinsip hidup saya yang saya pegang selama ini.

Sembari membaca berita tentang Bapak, saya bergumam. Jika saya menjadi Bapak, saya akan pensiun dengan gaji plus deposito yang saya miliki sekarang. Pindah ke kota yang sunyi dan romantis-romantisan dengan Bu Sofyan. Akan tetapi sejurus kemudian saya mulai memahami. Bahwa semakin tinggi jabatan kita, tentu saja pengaruh ke orang lain akan semakin besar juga. Jadi jika saat jadi staff, pekerjaan kita berguna untuk orang se RT. Menjadi pimpinan, akan membuat pekerjaan kita akan berguna untuk orang se kecamatan. Itu analoginya. Makanya saya angkat topi sama Bapak, karena masih mau mengerahkan tenaga dan pikiran di sisa hidup ini untuk kepentingan khalayak banyak. Apalagi pindah dari Bank ke Perusahaan Listrik bukan hal yang mudah. Saya aja yang pindah bagian masih sering mengeluh. Malu saya jika melihat semangat Bapak.

Pak Sofyan yang saya kagumi,

Mohon maaf ya Pak, nama Bapak saya catut dalam surat terbuka ini. Maklum Pak, akhir-akhir ini sedang ramai orang membuat surat terbuka. Rasa-rasanyaTM dimulai dari surat terbuka untuk eks ibu negara kita. Kemudian membuat surat terbuka jadi semacam trend atau hobi. Cuma saya sedih Pak, banyak yang isinya menggunakan kata-kata yang manis tapi menusuk. Nama ilmiahnya, "nyinyir". Membacanya seperti mencium aroma kebencian dan permusuhan. Saya jadi suudzon, surat-surat terbuka itu dibuat dengan tujuan supaya dapat banyak like dan share dari orang lain, dan pada akhirnya, kok malah terlihat jadi seperti adu nyinyir terbaik?? Semoga saja prasangka buruk saya salah. Oleh karena itu, surat terbuka yang saya buat ke Bapak, saya buat dengan maksud untuk mencoba menampilkan sudut pandang yang lain. Bagaimana surat terbuka bisa digunakan untuk menyatakan cinta, kasih sayang, dan kekaguman. Seperti kekaguman saya pada Bapak. Pak, naik gaji yah.. Heuheuheu.

Di akhir surat ini, saya berharap Bapak sukses di tempat yang baru. Semoga Bapak bisa selalu sehat dan senantiasa menginspirasi, baik untuk karyawan di perusahaan sana, maupun untuk kami yang ditinggalkan. Jika Bapak membutuhkan Kredit Multi Guna, Bapak tahu harus minta kepada siapa. Kami akan mencoba melayani Bapak setulus hati (pesan sponsor).

Hormat saya,

Bimo Widhi Nugroho
66504

[1] Foto diambil dari beritabuana.co




Comments

Nawfal dan Miyu said…
tulus banget nee😊
Cynthia said…
Bagi saya, gak papa hanya sebatas staff, yang penting gajinya gak sebatas gaji direktur πŸŽ‰πŸŽ‰πŸŽ‰
ginanjar said…
Itu pake PN?

Popular posts from this blog

Tujuh...

Keputusan Sulit

#$@%$&$*