momo

Malam ini gw berencana karaokean bareng temen-temen kantor. Tapi karena masih ada kerjaan, gw bermaksud menyusul mereka, toh mereka akan makan malam dulu. Kerjaan kelar, gw telpon Cici untuk menanyakan posisi. Tapi sudah 3 kali menghubungi Cici tidak ada jawaban. Bingung mencari dimana, akhirnya gw memutuskan pulang saja :P (maap ya teman-teman). Rupanya keputusan itu pada akhirnya gw sesalkan. Di pinggiran komdak, bis Patas 6 menyambut gw dengan deretan kursi yang kosong melompong. HOP! Dengan jurus kungfu panda, gw masuk aja ke dalam, mengambil posisi di paling depan. Biar dengkul kagak mentok. Beberapa orang juga ikut masuk. Melaju dari lorong belakang, gw liat seorang cowok celingak-celinguk liat jalan keluar. Akhirnya dia mengambil tempat di samping gw.. [Cowok pendatang celingak celinguk yang kemudian diganti dengan sebutan MAHO]: Ini Patas 6 ya mas? ...... [gw] : Kenapa mas? [MAHO] : Ini patas 6? [gw] : Oh iya ..... ..... .... .... [MAHO]

Sebuah pameo yang terkenal berkata, "Dalam cinta, seorang pria berhak untuk memilih, dan seorang wanita berhak untuk menolak,". Di negeri kita, bahkan mungkin di beberapa negeri lainnya, pameo ini begitu kuat tertanam. Seorang pria punya kuasa untuk menyatakan cintanya pada tiap wanita, secantik Luna Maya hingga sejelek Aming Sugandhi. Sedangkan wanita, punya hak-hak untuk memilih orang mana yang tepat untuk dirinya, atau bahkan menolak "pinangan-pinangan cinta" (halah bahasanya..) yang datang pada dirinya. Padahal setiap orang punya keunikan dan preferensi masing-masing. Gw sendiri tidak keberatan jika ada wanita yang mengutarakan isi hatinya. Sayannya tidak ada.. haha.. OK singkirkan soal bagian 'gw'. Di sisi lainnya, wanita pasti juga punya ketertarikan tertentu terhadap mahluk hidup tertentu. Kalau kata serieus, Wanita juga Manusia (ya iya lah). Contoh aja temen gw yang jatuh cinta sama Barrack Obama, yang tentunya persentasi kenyataannya akan sangat kec