Posts

Kembali Menulis

Image
  Membaca blog ini kembali membuat saya rindu dengan masa-masa mampu untuk mengeluarkan keluh kesah melalui media ini. Sayangnya seringkali niat atau semangat untuk menulis dibayangi oleh ketakutan membuang-buang waktu. Salahkan pada tren media sosial yang menjadikan kita sebagai generasi instan. Pak Yanuar Nugroho dalam sebuah webinar pernah mengatakan bahwa dari semua informasi instan ini, harga yang perlu dibayar adalah kedangkalan. Padahal memilih kata-kata, merangkainya menjadi kalimat, dan menghasilkan sebuah paragraf juga punya keasyikan tersendiri. Meskipun, isinya ya masih dangkal juga 😝. Selain menulis hal-hal yang tidak berguna seperti saat ini, kadang muncul hasrat untuk membuat cerita. Akun wattpad sudah punya, ide kadang lalu lalang di kepala, tapi sekali lagi selalu tidak pernah selesai. Padahal ya ga perlu takut ya. Dewi Lestari bikin rapijali aja pakai dipetieskan beberapa tahun. Nulis mah nulis aja, Bim. Toh ga ada juga yang baca 😆.    Ah mau coba ah, semoga suatu

Pulang

Image
  Tidak ada yang bisa mengundangmu pulang  Selain kesedihan  Mengharapkan kenangan memelukmu  Menyembuhkan lukamu  Hingga kau kuat berdiri kembali  Bangkit dan pergi  Tidak ada kepulangan tanpa keluhan  Tanpa hela napas panjang yang kau hembus Dan tempat ini  Akan selalu menerimamu  Seperti waktu waktu lalu 

Kapan Terakhir Kamu Menangis?

Image
Kali ini bikin judul ala ala Quora. Sebenernya saya seneng lho baca pertanyaan dan jawaban yang ada di situ. Kadang lucu, kadang horor, kadang porno juga. Pengen sekali kali ikut jawab. Tapi buruknya, malas menghalangi.  Jadi saya akan jawab pertanyaan yang diajukan oleh saya sendiri.  Kapan terakhir kamu menangis?  sumber: unsplash.com Tadi siang. Karena Jerome Polin .  Gerakan di rumah aja yang sedang dijalani sebagian besar masyarakat, termasuk saya, membuat intensitas nonton youtube meningkat tajam. Semua jenis content saya tonton. Film pendek, series Thailand, series Korea, channel diet, channel olahraga, termasuk beberapa channel selebtube kayak Korean Reomit dan Jerome Polin. Dari dua nama terakhir ini saya merasa bisa mengetahui kebudayaan atau kebiasaan kehidupan masyarakat Korea dan Jepang. Saya aja sampai tahu cara baca huruf Hangeul dari nonton youtube wkwkwk.  Siang tadi, seperti biasa saya menonton acak video youtube, hasil rekomendasi dari mesin mereka. Ternyata yang s

Keputusan Sulit

Image
Baru kali ini ngerasa sedih banget jadi single...   Di beberapa post sebelumnya (iya, post yang itu...) saya pernah memproklamirkan blog ini sebagai gua pribadi, tempat saya menumpahkan kegundahan-kegundahan yang mungkin tak bisa tersampaikan. Maka dari itu saya ingin cerita apa yang terjadi kemarin, masih ada kaitannya dengan wabah Corona yang ternyata makin parah di Indonesia. Bilang gua pribadi, tapi kok naro link blognya di bio IG dan twitter? Dasar penulisnya riya nanggung! Jadi seiring dengan pandemik virus COVID-19 yang makin intens, kantor kami memutuskan untuk menerapkan work from home (WFH) sebagian. Awalnya dari 50%, 75%, hingga kemarin 80%. Dari 20 orang, akhirnya yang masuk ke kantor tinggal 4 orang. Termasuk saya. Keputusannya sulit banget. Saya laksana Peeta Mellark mau ikut Hunger Games . Menjelang pengecilan terakhir, di bagian saya yang masuk cuman bos saya dan saya. Lucunya sih bos saya umurnya beda empat bulan doang sama saya. Lebih muda. Faktanya, belia

Pekak Informasi

Image
current mood. Dulu saya bahagia main Twitter . Saya pikir media sosial tersebut adalah tempat mengasyikan untuk memperoleh banyak pengetahuan. Kalau kalian lihat isi fitur bookmark di Twitter saya, maka kalian akan menemukan segala macam informasi. Sekarang sih masih hobi klik klik bookmark di Twitter, tapi sekarang saya ga tahan dengan segala keriuhan yang ada di sana. Awalnya sih saya berusaha ignore. Tapi lama kelamaan, keriuhannya malah menguras energi, merusak mood . Apalagi sejak banjir sama merebaknya virus Corona ini. Informasinya riuh banget. Ya yang protes sama pemerintah, yang belain pemerintah, yang berusaha ngasih tau penyebabnya, yang bikin meme, you name it , semua ada. Banyak banget yang bikin thread , yang bikin saya jengah. Aneh juga sih ya, padahal tinggal ga usah dibaca aja 😂. Penasaran kalo orang minimalis menghadapi covid ini gimana ya? — Bimo Widhi Nugroho (@bimowidhi) March 3, 2020 Tapi bukan berarti lantas saya menganggap Twitter jelek ya. Saya tetap

Andre

Image
Halo nak . Ayah mau cerita lagi tentang om kamu yg satu ini.  Di satu hari Minggu. Ayah baru saja masuk ke ruangan kantor dan kaget karena melihat anak ini di sana. Ngapain dia di kantor? Kalo Ayah mah jangan ditanya ya.  Kemudian kami ngobrol panjang, lebih panjang dari yg bisa kami obrolkan di hari biasa. Maklum, dia masih anak baru, sementara hampir sepanjang hari Ayah sibuk. Darinya Ayah tau bahwa dia masuk untuk belajar ngoding. Dia bilang dia harus ngejar kekurangannya supaya dia bisa ngerjain kerjaannya nanti. Hati ayah gerimis. Ayah jadi kayak lagi bercermin. Bagaimana deg degannya ayah waktu masuk di perusahaan itu dan selalu bertanya tanya apakah ilmu ayah yang sedikit ini bisa bikin ayah bertahan di sini?  Di hari itu juga Ayah mengajaknya gabung di tim Ayah, dan dengan sabar om kamu itu ngerjain apa yang Ayah suruh. Ayah ingat betul, pucatnya om kamu waktu ngehapus satu tabel. Persis kayak pucatnya Ayah dulu waktu nemuin bug di production. Makanya

Heyhalo, Kamu

Image
Let me tell you some stories .  Dulu saya pernah tenggelam dalam kesedihan tak berkesudahan. Teman teman dekat sekitar saya jadi saksinya. Saya merasa cemas, sedih, gelisah, tanpa sekalipun berusaha mengatasinya. Berusaha sih, tapi kayaknya caranya gak pas aja. Jadi tiap hari pikiran rungsing gak karuan.  Hingga akhirnya (ini kayak iklan obat aja sih wkwk), saya melihat Miunds mengetwit kalimat mutiara ini.  Kalimat itu yang jadi pegangan hidup saya saat ini. Hidup biasa aja udah banyak dramanya, maka janganlah dipersulit lagi dengan  bikin drama drama lainnya. Kita bukan MD Studio, Falcon Pictures, apalagi Miles Film. Ada dua hal yang biasanya saya lakukan ketika ada suatu kejadian yang bikin saya pusing ga jelas : saya tinggalkan atau saya komunikasikan. Dan untuk masalah kita ini saya ingin memilih jalan kedua, mengkomunikasikan.  Kita? Ya, memang masalah ini ada hubungannya dengan saya dan kamu. Mungkin bisa jadi, ini perasaan saya aja. Tapi saya mohon, ijin