Radit dan Julia

Suasana hingar bingar di TV. Dimana-mana orang berteriak. Mereka mengacungkan tangannya ke atas. Menandakan suatu kemenangan. Akan tetapi gegap gempita ini ditanggapi oleh Julia dengan dingin. Ia hanya memandang melalui sudut matanya, sementara bibirnya tak berhenti berkomat-kamit sembari menengadahkan kedua tangannya. Tak berapa lama, ponsel yang ia letakkan di samping sajadah berpendar. Julia menghela napas. Nama yang muncul sungguh tidak asing baginya. Ada beberapa saat ia hanya memutar-mutar benda kecil itu. Tapi akhirnya dia putuskan mengangkatnya juga.

"Halo,"
"Assalamu'alaikum," terdengar suara lelaki di ujung sana. Suara yang sering didengarnya hampir 3 bulan ini.
"Wa'alaikum salam," jawabnya.
"Selamat ya..," ucap sang lelaki.
"Selamat apaan?" tanya Julia pura-pura tak mengerti. Padahal ia tau betul, topik yang akan mereka bicarakan ini tentang apa.
"Iyaaa... Jadi putri Presiden sekarang," jawab lawan bicaranya.
"Yang jadi Presiden kan bapak. Harusnya yang kamu kasih selamat ya dia," protes Julia. Sesungguhnya dia enggan sekali meladeni percakapan lelaki  malam ini.
"Tapi kamu kan special,"
"Nasi goreng kali, special," jawab Julia ketus.
"Pasti perlakukannya berbeda, lah," lelaki itu menggodanya.
"Jadi gitu... Kamu maunya dikasih perlakuan berbeda, mas??" suara Julia meninggi.
"Yaa.. kalo aku, dari dulu perlakukan kamu berbeda, " lelaki itu makin menggodanya.

"Ish..." Julia mendengus dan menekan tombol merah. Seketika sambungan telepon itu pun terputus
 ..........

 ---""---

Comments

frogy said…
apa sih ini bim ?

Popular posts from this blog

Tujuh...

Keputusan Sulit

#$@%$&$*