Asyiknya Mandiri E Money

Pernyataan Penulis: Sebelum mengunggah tulisan ini ke ranah daring -tssah-,saya sadar bahwa tindakan ini mungkin saja berimplikasi pada nilai kinerja saya di kantor. Hal ini karena kantor dimana saya bekerja bisa dikatakan sebagai kompetitor dari perusahaan yang produknya akan saya ceritakan ini. Dalam hati sanubari, tidak ada niatan politis. Anggaplah tulisan ini merupakan pendapat saya sebagai konsumen produk yang awalnya dikasih gratis. Lagipula, bukankah begini yang paling indah? Saling memuji dan mengakui keunggulan tetangga sebelah. Ke depannya semoga bisa diangkat jadi Business Analyst jadi pelecut semangat pribadi agar produk sendiri mampu menyamai, bahkan menyaingi.


Kenapa Pakai?

Saya bukan nasabah Mandiri, sehingga ketika pertama kali sahabat saya menunjukkan kartu E-Toll1, saya tidak tertarik. Pikir saya, pasti akan sangat repot mengisinya. Tak lama kemudian ketika sedang menahan sabar antri di gerbang tol. Seorang mas dengan baik hati memberikan kabar gembira kartu ini secara gratis, tentu saja dengan ekstraknya, eh isinya...

Setelah merasakan menggunakan E-Toll, saya menyadari bahwa produk ini sangat membantu saya sebagai jamaah Jakarta Outer Ring Road yang rutin "beribadah" setiap harinya. Kalau pagi-pagi udah jalan dengan mata setengah, tinggal tunjukkan kartu tersebut kemudian beres dah!: dengan catatan ada saldonya. Apalagi jika ada antrian panjang, kemudian ternyata di gerbang tersebut ada Gerbang Tol Otomatis (GTO), wuih.. kita bisa dengan jumawa melenggang via GTO sambil berkata "I feel free.." #tersyahrini  
  
Meskipun demikian, alasan saya enggan menggunakan E-Toll memang terbukti. Saya masih sulit mengisi ulang kartu tersebut. Walau info mengatakan bahwa dapat diisi di banyak merchant, tapi pada kenyataannya tidak semua merchant tersebut dapat melakukannya. Di dekat rumah saya, ada Indomaret dan Alfamart. Hanya di Indomaret-lah saya bisa mengisi E-Toll saya. Sementara Alfamart, "Ga ada alatnya, mas", kata si mbak-mbaknya. Saya sih memaklumi. Gak semua toko mau menerima uang cash begitu saja, seperti yang saya lakukan untuk mengisi E-Toll. Makin banyak uang cash yang mereka terima, semakin besar risikonya.

"Mbak mau isi E-Tollnya,"
"OK."
"Makasih mbak.", ketika si mbak menyerahkan kembali E-Toll saya.
"Gak mau beli minuman ringannya sekalian, mas?"
"Enggak mbak makasih,"
"Isi pulsanya?" si mbak masih keukeuh.
*menggeleng*
"Kalau isi hati aku yang kosong?"
*buru buru bayar dan menyembunyikan muka ala Teuku Rasya ini*

Ilustrasi di atas adalah alasan lain kalau kita isi ulang E-Toll di toko: ga enak kalau ga beli barang lain.

Asyiknya dimana?

Nah, alkisah saat ATM Bank saya sangat panjang antrian karena banyaknya nasabah 2, saya masuk ke ATM Mandiri untuk mengambil uang dengan kartu bank saya. Kemudian iseng iseng saya melihat fitur fitur lain yang ada. Ternyata eh ternyata ada fitur untuk membeli E-Money. Di ATM saya lihat tempat untuk menempelkan kartu E-Money kita.

Langsung saja saya coba. Ternyata bisa!! Bahagianya saya, ternyata saya sebagai orang yang bukan nasabah Mandiri bisa melakukan isi ulang secara self service via ATMnya. Ada bank yang menerapkan kebijakan hanya dapat menggunakan ATM kartu bank tersebut untuk mengisi produk e-moneynya, yang membuat orang-orang bukan nasabah kerepotan. Berbeda dengan Mandiri, kesulitan saya untuk melakukan isi ulang tentu kini bukan masalah.

Bravo Mandiri. Semoga bank saya bisa meniru yah... :D 

1. Salah satu merek E-Money untuk Tol Jabodetabek yang secara kurang-ajar luar biasa dikontrak eksklusif oleh Mandiri. Kabarnya selama 20 tahun!!!
2. Baca: transaksi gagal :))

Comments

arya said…
Wah, udah ganti nama jadi Adham ya?
Mbak. Kalo isi ulang e money di atm mandiri pake kartu bank lain ada biaya gak?
Unknown said…
E money bs tarik tunai y....

Popular posts from this blog

Tujuh...

Keputusan Sulit

#$@%$&$*