Menemukan Sifat Komutatif dalam Sebuah Persahabatan


Kata sahabat merupakan kata yang unik. Banyak orang mendefinisikan sahabat sebagai level lanjutan dari sebuah relasi pertemanan. Menurut wikipedia, persahabatan menggambarkan suatu hubungan yang melibatkan pengetahuan, penghargaan dan afeksi (pusing kan dengernya??). Sahabat adalah orang yang memperlihatkan perilaku yang berbalasan dan reflektif. Namun bagi banyak orang, persahabatan seringkali tidak lebih daripada kepercayaan bahwa seseorang atau sesuatu tidak akan merugikan atau menyakiti mereka.

Dalam Aljabar, sifat komutatif itu adalah sifat pertukaran yang ditemukan pada sebuah operasi penambahan atau pekalian matematika. A + B = B + A. A X B = B X A. Jika dimasukkan ke dalam persahabatan hal ini tercermin dalam hubungan timbal balik yang ada. Jika A baik pada B, maka B akan baik pada A. Jika A rela berkorban untuk B, maka B seharusnya bersikap demikian.

Ada sebuah kasus. Saya memiliki seorang sahabat. Saya mempercayai sahabat saya tersebut. Dia mengetahui seluruh cerita hidup saya. Jika menggunakan sifat komutatif, seharusnya dia pun demikian. Hal yang mengejutkan adalah tiba-tiba saja dia memberikan surat undangan tanpa pernah bercerita bahwa dia bermaksud menikah. Bukan, ini bukan sebuah masalah besar karena setiap orang berhak menceritakan apa yang ingin dia ceritakan. Tapi bagi saya hal ini cukup menyakitkan. Saya kemudian mempertanyakan apakah sifat komutatif dalam sebuah persahabatan itu mutlak ada?

Ahhh, mungkin saya yang berlebihan. Mungkin seharusnya persahabatan yang paling baik itu tidak perlu untuk didefinisikan, terms dan conditions-nya.

[1] Gambar dari http://viewallpaperhd.com

Comments

joolean said…
hmmm... hhmm..... hhmmmm..... -__-'
MoMo said…
Tuh kan ada yg ngerasa... :))

Popular posts from this blog

Tujuh...

Keputusan Sulit

#$@%$&$*