Kartu Lebaran

Hari Minggu lalu acara buka puasa bersama teman semasa kuliah, Alhamdulillah berjalan lancar. Akhirnya sih agak menyedihkan. Para jomblo itu melakukan toss bersama dan mereka berdoa semoga tahun depan mereka gak ikut toss lagi. Mereka loh, saya sih enggak.


Pernah gak sih nonton tivi terus sebel banget sama iklannya, tanpa alasan. Saya pernah. Ramadhan ini ada tuh, iklan operator seluler yang menampilkan cerita pria yang bermimpi menjadi kiper hingga kemudian ternyata kemampuannya dapat membantu tim pemadam kebakaran. Teman-teman kantor sering banget bersenandung, "Hap Hap.... Hap Hap", sementara saya keki dengernya.

Memang jika dipikir, operator-operator bisa mengeruk keuntungan besar di event Ramadhan macam ini. Mulai dari sebelum masuk bulan puasa, ponsel kita sudah jedang-jedung kedatangan pesan-pesan minta pengampunan. Pas bulannya, orang-orang asik BBM ayang-ayangan sambil nunggu buka atau sahur (sedaap), atau nanti pas tiba waktunya 1 syawal, kamu bisa kopi pesan yang ciamik, terus broadcast deh ke semua contact yang ada. Sederhana ya? Tapi sesuatu yang mudah itu lama-lama kayak ga ada rasanya :D.


Ayo deh kembali ke masa-masa SMS, BBM, What'sapp, Twitter, dan kroni-kroninya itu belum populer. Saat itu kesempatan kita buat komunikasi dengan tema Ramadhan dan Lebaran ini datangnya gak bisa setiap hari, akan tetapi menjelang hari raya aja. Saya ingat sekali, menjelang Idul Fitri, saya gak akan lupa untuk menyambangi toko buku, mencari beberapa buah benda tipis berbentuk segi empat yang lucu. Yak, kartu lebaran.



Di keluarga saya sendiri dulu sempat menjadi tradisi untuk mengirim kartu lebaran. Mama dan Bapak, bahkan mencetak kartu lebaran sendiri untuk dikirimkan ke sanak famili dan karib kerabat mereka. Sementara saya, lebih memilih untuk sabar mengubek-ubek tumpukan kartu di toko buku. Alasannya karena lebih informal dan sering menemukan kalimat yang lucu bin nancep di hati. Sembari mencari, saya mulai berpikir kira-kira siapa saja tahun itu yang akan dikirimi kartu lebaran. Ya maap, namanya masih anak muda, tentu kapasitas jumlah kartu lebaran yang bisa dibeli terbatas.

Kebanyakan sih sahabat-sahabat terdekat. Tapi ada juga kartu lebaran spesial yang pernah saya kirim buat gebetan hohoho. Oh ya, kartu-kartu lebaran yang saya kirim biasanya gak cuman saya beli dan kirim, melainkan saya tulis bagian kosongnya sampai penuh baru saya kirim. Bahkan saking kasmarannya, kartu lebaran buat gebetan saya sisipi dengan foto terunyu. Kalau sekarang saya ingat, rasanya ingin kembali muda. Ada pula kartu lebaran yang saya kirim untuk sahabat saya yang pernah saya musuhi dan tak pernah saya temui hingga hari ini. Sadis ya? Tapi kan saya sudah berusaha untuk minta maaf. Kartu lebaran teraneh sepertinya saya kirimkan untuk kedua orang tua saya. Mungkin saat mereka terima, kening mereka akan berkerut. "Orang serumah, gaya amat pake kartu lebaran segala."

Seperti yang saya katakan sebelumnya, meskipun lebih sulit ketimbang saat ini, tapi saya sangat menikmati prosesnya. Mulai dari mencari kartu, hingga membantu mama jilat-jilatin perangko dan mengirimkannya ke kantor pos.

Kartu lebaran yang terakhir saya terima? Hmm.. rasanya waktu kuliah dan hebatnya, yang kirim adalah orang non muslim loh.... Maka dari itu, postingan ini saya kirimkan untuk mengikuti kontes di kartumuu. Semoga aja menang, dan saya bisa kirim lagi kartu lebaran seperti dulu. Bisa saja yang nerima nanti kamu ;)

[1] Gambar diambil dari karpetbiru.multiply.com

Comments

V said…
Buat apa tulisan2 kaya gini make creative commons segala. apa nya yg creative???

buat dong artikel2 yg brmanfaat bwt org lain. gak cuma omong kosong gak jelas kaya gini.
MoMo said…
Hai V, terima kasih yaa sudah mampir. Sayangnya kamu anonim ya, jadi ga bisa balas berkunjung. Mohon maaf jika ga memuaskan dirimu. Ya namanya juga blog pribadi. Heheheh ^^

Popular posts from this blog

Tujuh...

Keputusan Sulit

#$@%$&$*