PhotoStory: Minggu Pagi

Minggu Pagi rasanya adalah waktu terdamai buat insan manusia1. Burung berkicau lebih lama, matahari menyapa tanpa tergesa. Oleh karena itu, jika bisa membekukan waktu, bukankah Minggu pagi jadi pilihan utama? Berikut ini beberapa foto, yang mungkin tidak begitu bagus, tapi ia senang untuk bercerita.


3 gelas yang tersedia tiap pagi. Paling besar buat Bapak, paling kecil buat adik, dan saya yang paling tinggi semampai. Entah bagaimana konvensinya, yang jelas tiap pagi saya tidak pernah salah ambil dan adik tidak pernah protes. Keadaan setiap pagi selalu seperti ini, gelas saya paling cepat habis terlebih dahulu, karena saya yang paling dulu terbangun, mau libur ataupun tidak, abis lembur ataupun tidak.



Sarapan bisa bikin saya yang tidur cuman 3 jam langsung fokus. Hahaha. Untuk akhir pekan, biasanya kami beli nasi uduk yang ada di ujung jalan. Atau jika males kemana-mana cukup sekedar mendadar telor dan memasak mie instant. Seperempat telur itu, saya yang makan tentunya. :D



Ruang tengah rumah saya dan keluarga cukup besar. Dulu sengaja dirancang untuk menggelar resepsi di rumah *uhuk*. Bukan dink, memang keluarga kami hobinya bikin kumpul-kumpul, jadi butuh ruangan yang cukup besar untuk menampung banyak orang. Minggu pagi seperti ini, dimana anggota keluarga masih banyak yang login di sistem mimpi 2.0, tentunya jadi sepiiii sekali. Paling hanya saya gunakan untuk skipping. Agak siang sedikit, biasanya beberapa ponakan saya datang bermain. Lumayan bisa menghibur bapak yang belum punya cucu sendiri. #eaa



Ada perpustakaan kecil di depan kamar saya. Lemari buku ini yang paling penuh buku. Sisanya campuran antara buku Bapak, diktat kuliah saya dan adik, buku-buku agama, bekas foto dll. Minggu pagi saya biasanya menggunakan ruangan ini untuk nyanyi-nyanyi atau rapi-rapi yang bisa dirapikan. Harapan saya sih, nantinya bisa terisi banyak buku. Baik buku saya maupun buku pasangan. Enak kali ya punya pasangan hobi baca? #kode. Iya, hobi saya membaca. Tapi jangan suruh membaca pikiran atau hati ya, saya ga bisa. #kodelagi



Gambar ini adalah pemandangan dari tempat jemuran. Di belakang saya ada rumah tetangga yang nasibnya serupa. Penghuninya sama-sama duda. Kalau Minggu pagi mah pasti sepi, nah kalo malem-malem saat saya baru pulang kerja, kadang dari sini bisa terlihat ada sesosok yang lagi asyik main komputer di kamar di lantai 2 itu hihihihi2. Sayangnya anak yang punya rumah, 4 orang, batangan semua bray.



Hujan malam Minggu lalu membuat air menggenang di balkon depan. Sebenarnya bukan balkon khusus, cuman dak di atas garasi. Keadaannya masih sepi memprihatinkan. Mungkin jika ditambah tanamannya akan menjadi taman yang indah. Dari atas sini biasanya saya akan mencari abang-abang ketoprak atau kacang hijau di Minggu pagi. Dari sini pula saya biasanya melihat keadaan di salon yang ada persis di depan rumah, apa masih ada pelanggan atau tidak. Ya, bapak menyarankan kami untuk menata rambut di salon kecil di depan rumah. "Daripada kasih duit ke orang lain, mendingan ngelakuin tetangga", katanya.


Teras rumah jadi tempat yang paling intim buat saya, bapak, adik, dan mbak Iyah. Hasil tangkapan kami berupa kacang ijo dan ketoprak biasanya kami habiskan di sini. Atau jika agak siang, kami akan menikmati mie ayam yang dijual di sebelah sambil mendengarkan update gosip terbaru dari mbak Iyah.


Nah itu Minggu pagi saya, bagaimana Minggu pagi Anda?

1 Khususon buat yang lagi gak ada event atau jadi panitia kawinan.
2 Semoga dia gak baca ini. semoga dia jugak gak punya FB. Amin!

Comments

tiwi said…
Luas ya kayaknya. Ini udah bukan rumah yg waktu itu kumpul2 ya, Mo?

Postingannya penuh #kode nih ;). Btw gw sih lebih suka sabtu pagi daripada minggu pagi.
MoMo said…
Iya wi, gw dah pindah. :D Yuk maiin.. :D
FeHa said…
wah enak banget mo ruangan kumpul2nya....at least utk badan sebesar gw terasa spacious :)
nana said…
lama pake banget yak gag blogwalk kesini :)

Popular posts from this blog

Tujuh...

Keputusan Sulit

#$@%$&$*