40++




Prolog. Waktu jamannya belum ikutan berkeciap-ciap di dunia perburungan, hobby gw adalah mantengin Google Reader. Gw bukain tuh bagian Recommendation, terus cari-cari blog yang ajip tulisannya buat di-follow. Dalam hati kecil gw berdoa agar mereka-mereka, penulis blog ini, tetap istiqomah di jalannya. Karena seiring dengan munculnya aplikasi macam Facebook dan Twitter, banyak blog-blog yang ditinggalkan pemiliknya. Hiatus dalam keabadian. Tapi lama-lama gw sadar, gw kerjanya cuman bacain tuh feeds aja. Penulis-penulis itu terus mengisi blog silih berganti, sementara blog gw sendiri diam, ajeg tak ter-update. Alasannya klasik tapi nyata, gak ada ide. Memang menulis itu tidak bisa dipaksakan toh? *ngelesh*

Gak kerasa udah lebih dari 40 hari semenjak kepergian nyokap. Alhamdulillah, kami sekeluarga bisa menjalani hari dengan baik. Tapi tetap saja, terasa ada yang hilang. Mungkin seperti orang yang tanggal satu giginya. Dia masih bisa bicara dan mengunyah, tapi tetap saja terasa berbeda. Yang paling pasti adalah kehidupan keluarga yang dulu sering dihiasi dengan teriakan-teriakan nyokap, menjadi sunyi senyap. Ruang TV yang dulunya sering jadi tempat berkumpul kami sekeluarga, kini hanya dinyalakan seperlunya saja. Kami berempat lebih sering nonton TV di kamar adik. Posisi tidur pun berubah. Bokap ogah tidur di kamarnya dan lebih memilih untuk tidur di kamar gw. Sementara mbak gw yang dulunya sering tidur bareng nyokap di depan TV, melipir ke dalam kamar adik. "Atut," katanya. Akhirnya tuh tempat tidur besar di kamar nyokap, ditempatin sama gw. Sesuailah sama postur tubuh.

You never miss the water till the well runs dry.


Gw baru sadar, motor penggerak kehidupan keluarga itu terletak di tangan nyokap. Dulu, hampir semua hal dia yang urus (termasuk makamnya dan petugas yang memandikan jenasahnya sendiri -_-!). Karenanya, setelah kepergiannya kami mulai sadar bahwa banyak hal yang seharusnya kami urus sendiri. Mulai yang paling kecil aja, shalat subuh dan bangun pagi. Dulu, gw gak khawatir karena nyokap itu weker berjalan gw, yang pasti bangunin anak-anaknya buat ngajakin subuhan bareng. Dia bakal absenin satu per satu anggota keluarga, untuk memastikan udah shalat apa belum. Sekarang semuanya harus muncul dari kesadaran diri sendiri (memang seharusnya dari dulu begitu sih :p). Kami juga sempat panik, mencari dokumen-dokumen berharga yang disimpan sama nyokap entah dimana.

Beberapa waktu kemarin, kami menyimpan sedikit barang-barang nyokap. Sisanya, kami bagi-bagikan ke saudara, tetangga, bahkan ke tukang becak depan rumah. Ya, daripada dianggurin di lemari. Sementara adik gw sendiri seleranya beda banget sama nyokap (selera nyai-kanjeng-ratu-kidul itu lebih ke klenik hahahaha). Kami pun mulai menyingkirkan hobby nyokap yang menyimpan segala printilan-printilan dari jaman prehistorik. Segala macam bon-bon untuk barang yang dibeli sebelum gw lahir, hingga tuh barang udah almarhum lebih dari 20 tahun lalu, masih tersimpan dengan rapi. Sekarang rumah terasa sangat sepi. Hanya terdengar lengkingan-lengkingan suara si mbak. Gw lebih khawatir sama bokap. Takutnya dia ngerasa kesepian. Bersyukur juga adik gw sering keluar malem buat cari duit (dalam artian positip :P), sehingga kami bisa saling gantian menemani bokap.

Gw sendiri sih masih jadi member JOMASKIN - Jomblo Masa Kini (promosi, mas?). Cuman akhir-akhir ini gairah gw dalam bekerja lagi menurun. Gairah lainnya?? Ada deh.. ;)

Comments

pomponette said…
semangat bimmm...iya ni, manfaatin waktu sama keluarga selagi bisa, selagi luang, selagi mereka ada :')

klo pengen ngumpul2 yukk kapan kita karaokean? :D
-dian- said…
momo kapan freenya?? ngegosip bareng lagi :)
napsu apa yang lagi meningkat, Bimce?
edel said…
hayuk bim, kita pamerkan suara emas kita di ruang remang2 itu! *karoke maksute*
Cynthia said…
ikooootttt!!!! ^^

Popular posts from this blog

Tujuh...

Keputusan Sulit

#$@%$&$*