Karena berdosa selalu membuatmu bertanya...

Apa iya? Hihihihihi..

Minggu kemarin, sepulang dari kantor gw terdampar di Gramedia. Ih, rasanya udah cukup lama gw gak mampir ke toko buku. Itu juga kemaren, niat aslinya sih buat cari uang receh untuk naik angkot hihihi. Jadi kalo dipikir-pikir, sekali menggoes dua tiga tukang martabak terlewati lah. Dapet kembali iya, buku baru juga dapet. Sampai di Gramedia, gw liat buanyak buanget novel atau buku cerita. Jadi bikin gw puyeng, buku apa yang bisa gw beli dengan harga tertentu (biar masih ada sisa kembalian :P), dan cukup bagus. Sebenernya setelah (akhirnya) berhasil menuntaskan Negeri 5 Menara dalam waktu yang sangaaaaaaaaaat lama, gw lumayan parno untuk beli buku cerita panjang. Entah gw yang punya waktu sedikit, entah ceritanya yang kurang greget, atau gw yang terlalu apatis sama cerita-cerita begituan?

Niat awalnya sih ingin mencari novel Epitaph yang pernah ditulis Bu Enny di blognya, cuma sayangnya ga ada. Tapi dalam hati kecil gw agak bersyukur sih, soalnya memang sedang malas membaca novel panjang saja. Sampai pandangan gw tiba di suatu pojokan rak buku (ah, gw emang suka yang 'pojok-pojok'). Buku itu melambaikan tangannya, menawarkan kulit putih dibalut lis merah yang menggoda. Kemudian ia mengangkatkan stocking jala-jalanya .............. ........... ......... ......................... .......................... ....................... ........................................ ..

tunggu, sepertinya penggambarannya tercampur dengan trailer Hantu Puncak Datang Bulan yang gw tonton tadi.. ergh!

Gw sendiri heran, kenapa gw jadi tertarik sama buku ini. Padahal sebelumnya gw juga pernah pegang ni buku, dan akhirnya gw hempaskan begitu saja. Alasannya adalah karena gw punya buku pertamanya yang waktu itu kok ga ada rasanya. Bahkan, lis merahnya itu pernah gw komentarin, "Nih buku bikin gw sakit mata aja," Tapi sekarang, liat covernya aja udah bikin gw tergoda. Rasanya koq cerdas, bikin lis merah dengan sampul berbahan.. ehmm.. apa yah.. yah pokoknya yang bisa bikin tuh buku keliatan cepet kumelnya hehehehe. Tapi wajar, namanya juga bukunya setan.. (mulai deh memfitnah setan :P)



Namanya resminya Curhat Setan: karena berdosa selalu membuatmu bertanya. Penulisnya Fahd Dijbran. Di buku yang diklaim bergenre 'antah-berantah' ini, sebenernya konsepnya masih mirip buku pertama. Tapi gw ngerasa penulisannya lebih cerdas dan bernas. Djibran gw nilai pandai mengungkapkan suatu permasalahan lewat sebuah simbol. Misalnya, mengungkapkan bahwa setiap pilihan hidup di dunia itu punya alasan dengan sebuah peluit. Atau caranya untuk menyemangati kita menulis, dengan tag-line "DENDAM SEJARAH". Doi juga pandai merangkai kata romantis yang tak mendayu-dayu.

Aku tak mau kelak cucuku, atau orang-orang terdekatku, lebih mengenal siapa orang lain daripada kakeknya sendiri. Aku tahu apa yang dipikirkan Einstein muda, tetapi aku tak tahu apa yang dipikirkan kakekku waktu ia masih muda. Kita tak sempat bertemu, kakekku meninggal sebelum ia sempat bercerita banyak padaku

Jika boleh membandingkan, rasanya penulisan kek gini mirip sama gayanya Dewi Lestari. Ga heran, si Dee juga pernah ngulas Djibran ini di blognya. Masih banyak lagi cerita menarik seperti cerita kerinduan akan rumah dalam Pulang, pledoinya si setan di Curhat Setan, juga cerita tentang tokoh Marva dan Zira, yang konon katanya harus dibaca dari buku pertamanya agar bisa mengerti (doh, di kardus mana gw taro tuh buku?? Ngeblank sama sekali isinya..).

Favorit gw? Ehem..

aku ingin mencintaimu seperti lagu wajib disekolah dasar dulu/ lagu yang tak meminta kemapuan apa-apa, sederhana/ lagu yang hanya meminta dirinya dinyanyikan, itu saja