Update Status

Terkadang orang-orang bertanya, bagaimana kabarmu dan sedang apa kamu sekarang? Gw pun terdiam dan menggumam. Rasanya semua biasa saja dan tidak ada yang terasa menarik untuk diceritakan. Kegiatan rutin yang itu dan itu saja, terus menerus dilakukan seperti film tanpa klimaks dan akhir. Atau bisa jadi ada klimaksnya, tapi gw tidak mampu menangkap momennya. Gw bukan orang yang mudah berbicara, sepertinya memang begitu. Sekarang gw coba mengurai satu demi satu hal-hal yang sedang terjadi di sekeliling gw.

Bokap.
Aha. Bokap menunjukkan gejala ketuaannya (hehehehe maap pak :P). Dia menemukan frekuensi radio AM yang menyediakan musik favoritnya 24 jam full, 7 hari seminggu. Walhasil sering kali gw temukan dia sedang duduk di depan stereo set, sembari menghisap rokoknya (yang kesekian), atau dengan raut muka berkerut memandangi layar laptop yang sepertinya terlalu terang untuk matanya yang tua. Dan gending-gending Jawa serta lakon-lakon wayang kulit akan menemaninya hingga larut malam.

Nyokap.
Entah apakah ini dosa atau tidak. Tapi yang jelas, gw senang di masa pensiunnya sekarang, dia mendapat tugas sebagai pengurus yayasan di sekolah swasta milik suatu departemen. Awalnya dia ragu, tapi dengan sangat semangat gw mendukungnya. Padahal dalam hati sendiri gw mempertanyakan apakah tindakan gw ini benar. Nyokap udah tua, tapi kalo dia nganggur di rumah kelihatannya lebih menderita. Alasan lain gw mendukungnya adalah karena sekolah itu adalah bekas SD gw. Hehehehehehe. Betapa sudah rindunya gw ingin bertemu dengan orang-orang yang dulu membantu gw di jenjang sekolah paling dasar. Meskipun waktu itu sudah berselang 17 tahun, tapi setiap melewati SD itu gw merasa ada separuh jiwa yang masih tertinggal di sana. FYI, di tempat itu gw pertama kali dikenalkan dengan paduan suara yang sampai sekarang menjadi aktivitas yang paling gw minati. Aaah mengenang masa lalu itu memang mengasyikkan.

Adik.
Semenjak di rumah di pasang layanan internet, adik gw jadi melek internet. Melek dalam arti yang sebenarnya. Hampir tiap hari kerjaannya nongkrongin Facebook dan ngobrol lewat Yahoo Messenger. Dia bisa menghabiskan waktu sampe subuh (ngalah-ngalahin tukang ronda). Kadang-kadang pikiran jadulnya ingin ia wujudkan melalui teknologi komunikasi ini. Bayangkan saja, dia bertanya ke gw dimana bisa mendapatkan lagu Favorite Group - Ingin Marah Silakan. Lagu apaan pula itu?? Internet juga kayaknya sudah mulai membuatnya kecanduan. Jika tidak bisa menggunakannya, dia seperti orang sakaw. Ketika gw berhasil mendapatkan hak gw untuk menggunakannya, setiap menit dia akan kembali menghampiri gw dan mencoba memberikan tatapan memelasnya. Persis seperti kucing minta tulang di warung pecel ayam.

Sedih banget, rasanya pengen gw udahin aja make internetnya. Adik gw sering berpikir bahwa dia ga bisa berbuat apa-apa, hanya karena dia belum bekerja. Singkatnya, "mentang-mentang mas Bimo udah punya uang sendiri, bisa seenaknya langganan terus ngancem nyabut,". Dia pinter banget bikin gw merasa bersalah. Saat ini dia lagi ngerjain skripsi. Ngeri aja skripsinya terhambat gara-gara kecanduannya ini. Padahal yang mengharapkan skripsinya itu selesai dan dia dinyatakan lulus itu bukan dia semata. Kami sekeluarga juga sangat berharap dia segera lulus. Alasan: Kami akan pindah rumah setelah dia lulus ^^v. Semangat yaa dek!!

Mbak.
My lovely servant. Akhir-akhir ini sering gw suruh-suruh. Jadi berasa ga enak. Mulai dari nyuruh nyediain jeruk tiap malem sampe ngebuangin bijinya. Terus kadang gw suruh lap sepatu kalo gw kesiangan (tapi frekuensi 'kadang'nya itu cenderung ke 'sering'). Dia juga yang paling semangat kalo sinetron Cinta Fitri udah mulai maen di tivi.

Seiring berkembangnya teknologi, suatu hal bisa dilakukan lebih mudah. Apalagi gw yang notabene kerjanya di bank. Tagihan telepon, PAM, dan listrik seharusnya bisa dibayar melalui transaksi perbankan. Tapi ternyata tidak semudah itu. Mbak gw protes, karena ini akan mengurangi pendapatan yang bisa dia ambil dari ongkos pergi ke kantor pos ketika akan membayar telepon. Selain itu dia juga tidak bisa bepergian lagi jika semua transaksi itu gw yang bayarin. Padahal yha ga ada juga yang ngelarang dia keluar dari rumah. Lha wong tiap sore juga suka ngilang ke rumah tetangga.

Gw.
Sistem yang gw buat sudah mulai live, walaupun sedihnya masih ada error di sana dan di sini. Beruntungnya gw punya klien yang tidak menyudutkan. Mereka sadar (dan gw juga meyakinkan diri gw) bahwa sistem baru tentunya tidak akan bisa langsung nyaman. Masih ada kurang di sana sini adalah suatu hal yang wajar. Nyahahahaha. Yang capek itu adalah gw berdiri di atas instansi BUMN yang mengerjakan sistem berhubungan dengan BUMN lain. Mereka mau merencanakan launching besar-besaran. Padahal menurut gw ditunggu dulu aja lah barang 1 bulan. Kalo semuanya sudah smooth, baru mau launch silakan (tapi gw prefer tidak).

Kadang gw juga melihat bahwa diri gw bekerja di sebuah BUMN yang kerjaannya cari duit buat negara, dan di sebuah bank, yang mau ga mau harus bekerja keras di tengah persaingan bank-bank sesama BUMN dan swasta, dengan karakteristik yang highly regulated. Beda dengan BUMN lain yang memang sudah di-assign mengurusi suatu masalah, seperti listrik atau beras. Bahkan beda dengan departemen yang memang kerjanya menghabiskan duit negara.. hehehehehe. Jujur, kadang gw iri dengan orang departemen. Tapi gw percaya Tuhan sudah mengalokasikan satu plafond rejeki sendiri buat gw. Nilainya? unlimited.

Biar gitu, gw masih berdoa.. "Semoga hamba bisa kawin sama cewek bank ini, dan hamba akan melamar ke departemen itu" hehehehehe...

Untuk menghilangkan kepenatan kadang gw ketemuan dengan teman-teman lama, teman-teman kampus, atau teman milis. Tapi keinginan gw yang utama untuk reuni Asciipella tampaknya sulit terwujud. Mengingat masing-masing yang sudah sibuk.

That's all folks! Have a nice weekend. God Bless Palestine. God Bless us.

Comments

Popular posts from this blog

Tujuh...

Keputusan Sulit

#$@%$&$*