Musicademia 2008: Terima Kasih Pemuda Indonesia, Thanks Ya!!

Nyoho.. Udah lama juga blog ini tidak digerayangi. Akhir-akhir ini sering banget gw mengeluh. Sampai-sampai seorang teman mengingatkan. Iya juga, kebanyakan mengeluh bisa ibadahnya ga berkah. Hehehehehe.. Termasuk tulisan yang satu ini :P.

Musicademia 2008 digelar kemarin (29/10). Acara tahunan dari Twilite Orchestra ini menampilkan suguhan orkes yang dikemas untuk kalangan mahasiswa. Bagi gw sendiri ini merupakan kali kedua menikmati Musicademia. Sempat khawatir tidak bisa sampai ke Balai Kartini karena deploy yang bermasalah, gw dan teman-teman kantor mendapati kerumunan orang yang sangat padat di depan pintu masuk. Dari jarak beberapa meter, gw liat si Pla udah bercampur dalam kerumunan orang. Patut diacungi jempol, gairah anak muda untuk menonton hiburan yang berkelas ini.


Harus diakui gw menaruh harapan lebih saat menonton konser ini. Sayangnya kenyataannya diluar ekspektasi gw. Pertama, setting ruangannya sebenernya yang agak nggak banget. Pengunjung yang duduk di kursi bagian belakang (termasuk kami :P) sebenarnya hanya dapat mengikuti alunan audio, dengan disuguhi oleh gambar visual lewat layar besar. Rasanya seperti menonton televisi saja. Seharusnya konser ini diadakan di Tennis Indoor atau Istora, seperti biasanya, karena layout ruangannya memungkinkan setiap orang untuk nonton secara live. Belum lagi jika kami paksakan menatap ke arah panggung, di depan dihadapkan pada kami ada peralatan kamera besar yang memaksa kami menyerah.. "kembali ke layaaaaar"..


Kedua, entah ini mungkin memang standar musicademia yang seperti ini. Cuman rasa pembauran antara Twilite dengan penonton tidak gw rasakan. Dua lagu awal (Pomp and Circumstance March No 1 dan saudaranya) sudah membuat saya bosan-kurang ngepop mungkin. Mungkin juga karena ini orkestrasi, jadi memang begitu adanya :P. Tapi beda ah rasanya ketika gw nonton Beginning of Fantasy, kami masih menahan napas ketika lagu terakhir, One WInged Angel, dikumandangkan. Sementara kemarin, beberapa orang sudah beranjak pergi meninggalkan ruangan pada saat lagu terakhir. Interaksi dengan penonton kurang, meski lagu Satu Nusa Satu Bangsa kita nyanyikan bersama, tapi sudah terlambat. Seharusnya ditaruh di depan Om!!


Terlepas dari kekurangannya, konser kemarin cukup memberikan kejutan. Lea Simanjuntak yang mungkin berada di posisi underdog (ini kayak maen Bulu Tangkis) dibandingkan ketenaran Idol Divo menurut gw lebih HITS saat menyanyikan lagu Indonesia Jaya. Permainan Sabre Dance yang kocak, dan komposisi Janger dari Bali mampu mengundang decak kagum.. Semestinya sebagai generasi muda kita menghargai usaha-usaha yang dilakukan untuk mendekatkan pemuda dengan budaya, salah satunya melaui konser ini. Gila! Kita dibikinin konser, Cing!!.. Terima kasih Twilite, terima kasih Samperna, terima kasih Musicademia, TERIMA KASIH YA!!

[1] Sumber foto






Comments

Bram Munthe said…
Hha.. Gw nonton dikursi tengah seh..jadi gak kerasa terlalu jauh..

tapi masa makanan diambil didepan pintu! Lucu jadinya.. pas konser selesai banyak makanan dimasukin ke pollibag..bahkan ada minuman yang blum dibuka kemasannya...Mubazir donk ah..

tapi menurut gw Paduan Suara dalam Musicademia kli ini terlalu Paragita Bgt... PS2 lainnya gak menunjukan Ciri khasnya.. Jadi gw rasa gak seru gitu...

Btw ente salah Nulis tulisan Sampoerna,disitu tertulis "Samperna"..ati2 sponsor tuh..

Hhe2..pis..
MoMo said…
Hahahaha.. iya.. gw juga diambil minumannya.. nasib-nasib.. Mungkin makanan itu mempengaruhi suara..

Gw ga ikut pargit si jadi ga notice. Yang jelas, aransemen lagunya beda waktu gw nyanyi Balairung dulu *summon Mr Dibyo*

Selama tidak mengarah ke sponsor lain, tak apalah salah sedikit Bram.. :D

Popular posts from this blog

Tujuh...

Keputusan Sulit

#$@%$&$*