Aku, Makanan dan Wanita

Minggu ini Narpati mengakhiri masa lajangnya. Sementara untuk tahun ini aku sudah menerima empat kabar pernikahan. Setiap kabar yang masuk ke dalam telinga, akan diproses di otak menjadi "KAPAN KAMU MIKIR MASA DEPAN???" dan akan direspon dengan rasa nyeri di dada. Haha. Congrats buat narpati!

Sebagian besar teman-teman di asrama bukan berasal dari Jakarta. Meski tempat kegiatan belajar yang notabene di Jakarta, ironinya, sebagian anak-anak Jakarta ikut-ikutan berlogat Jawa (90% orang Jawa Tengah dan Timur, bo). Sekarang gw lebih terbiasa menggunakan "aku-kamu" -dulu pernah pakai term ini untuk menyebut "saya-anda" sampai jenjang SMP dan kebanyakan diledek. Entah kenapa, term itu terdengar lebih santun dan lebih intim (yang terakhir yang lebih penting hehehehe)

Program dietku GAGAL TOTAL. Kegagalan ini dideklarasikan saat daya dan upaya untuk bangun pagi dan jogging tidak ada lagi. Terlebih lagi, tiap akhir pekan aku pulang ke rumah, rasanya seperti lirik lagu tempo dulu: "Lain Di Mulut Lain Di Hati". Maksud hati ingin diet dan mengurangi makan, apa daya mulut tak sampai. Aku sempet bingung apa yang salah? Soalnya makanan di asrama lebih mengundang selera dari pada makanan di rumah. Tapi justru di rumah, aku ga bisa makan dalam porsi yang kecil.

Akhirnya ada juga jawabannya: responsibility. Di asrama orangnya banyak, yang masak aku juga ga kenal. Kalau aku ambil makanan sedikit saja, masih ada orang yang akan menghabiskannya, atau terserah chefnya jugalah mau diapakan. Di rumah, hmmm.. satu masakan rasanya adalah satu masterpiece yang sudah dibuat susah payah sama mbak. Suatu kesenangan bagi dirinya kalau makanan itu habis. Aku pernah cerita kan, ketika aku mencanangkan gerakan diet, orang yang langsung menolak secara politis itu mbakku. Dan kami, setiap anggota keluarga, punya tanggung jawab untuk menghabiskannya. Karena adikku makannya sedikit, jadi.............. -aku rasa pembaca yang budiman cukup pintar untuk menyimpulkan sendiri :D-.

Di postingan sebelumnya, sudah pernah aku utarakan bahwa wanita di asrama itu banyak yang manis. Tapi bukan itu yang mau aku omongin. Kenyataannya, sebagian besar dari mereka hobi makan. Sudah sering aku lihat cewek cewek makan sedikit-sedikit untuk menjaga penampilan, dan kali ini kulihat cewek cewek sedikit-sedikit makan. Ketika makan dengan teman wanita -tanpa tanda kutip-, aku melihat porsi kami sama. Justru porsinya lebih besar dari porsiku, karena aku memang harus mengurangi makan. Belum lagi, kegiatan kami di malam buta ternyata juga serupa. Menelepon delivery mie instant - di asrama no telp itu lebih diingat dibanding 14045. Dan entah kenapa, aku mengharapkan istriku nanti hobi makan juga weh weh weh. Bener kan, sebagian besar pria juga lebih menginginkan wanita yang lebih berisi.

Mengharapkan istriku adalah salah satu dari wanita-wanita asrama yang hobi makan itu? Hehehehehe entahlah, aku harus menjadi kadiv MSDM dulu agar bisa mencabut larangan menikah sesama pekerja hahahaha.

Comments

Popular posts from this blog

Tujuh...

Keputusan Sulit

#$@%$&$*