Cobaan Seujung Kuku
Setiap orang bisa memiliki pengalaman spiritualitasnya masing
masing. Bagaimana sebuah peristiwa bisa meningkatkan ketaqwaan kita
kepada Tuhan YME (macam guru PPKn ya saya hahaha). Kamis lalu
(8/11/2018) saya ikut mengalaminya melalui sebuah kejadian yang tak
disangka sangka. Saya akhirnya sadar bahwa Tuhan bisa aja lho iseng
sesuka suka Dia ngasih cobaan buat seseorang yang cuman secuiiil,
seujung kukunya Dia, tapi udah membuat orang itu terkapar menyerah
memohon ampunan dan perlindunganNya. Nah, kejadian itu menimpa saya
melalui sebentuk kondisi yang nama ilmiahnya adalah........
......KEBELET.
Jadi
ceritanya siang hari di kantor saya dilanda sakit gigi. Ini mungkin
bentuk cobaan Tuhan yang lain juga kali ya? Lha wong ini sakit gigi
pertama dari 33 tahun saya punya gigi. Saya sudah bolak balik toilet
untuk gosok gigi, tapi rasa nyeri tetap menempel dan tak mau pergi.
Bohong deh Ayah Meggie itu, katanya lebih sakit gigi dari pada sakit hati?? Cih!! Saya aja sampai minta ke Fika, sahabat saya yang dokter gigi, untuk
minta dicabut saja. Kami pun janji bertemu di rumahnya jam 7 malam.
Maka dari itu begitu bel pulang berbunyi (boong dink, kantor saya ga ada
belnya) saya bergegas pulang untuk menghindari kemacetan yang menggila
jika saya pulang sedikit lebih lama.
Saya dan drg. Fika yang merupakan sahabat SMA. |
Bersiap
pulang, saya mengisi penuh botol air minum saya untuk bekal minum di
perjalanan. Dengan minum air, rasa senut senut di gigi saya dapat
tersamarkan. Kenyataannya, air di botol minum saya bahkan sudah habis
sebelum naik bus. Cerita selanjutnya pasti bisa anda tebak. Di halte bus
kedua, kantung kemih saya penuh dan mengirimkan sinyal Feng di udara ke
otak saya. "MAY DAY MAY DAY. THE TANK IS ALREADY FULL." Mungkin gitu
bunyinya.
Saya pernah membaca berita orang
yang pup di KRL, dan sedikit memahami sih bagaimana kondisinya. Mau
turun di halte pemberhentian rasanya sayang. Bus Transjakarta B22 Juanda
- Bekasi Timur itu sungguh jarang. Waktu tunggunya bisa selama waktu
menunggu jodoh datang. Makanya saya memutuskan untuk bertahan. Setiap
bus berhenti di satu pemberhentian, saya mengucap syukur. Baru kali itu
saya bersyukur karena bisa melewati satu perjalanan halte ke halte
dengan aman. Wkwkwk
Halte BNN Cawang itu
adalah halte terakhir sebelum pemberhentian saya di Jatibening. Dari
Cawang ke Jatibening kami melalui jalan bebas hambatan a.k.a toll yang
secara teori harusnya BEBAS HAMBATAN atawa LANCAR atawa CEPET ya..
Tapi...
Hiksss MAMAAA!!!
Baru
beberapa ratus meter masuk ke toll bisa udah berjalan tersendat.
Padahal saya baru saja memberikan bangku saya ke seorang Ibu. Pikir saya
aman lah, Cawang - Jatibening sebentar ini. Ternyata Tuhan lagi ngajak
bercanda kali, waktu itu. Sepanjang sisa jalan, tak henti hentinya mulut
saya berzikir. Otomatis kantung kemih ini sekarang hanya ditahan oleh
otot otot yang menutup rapat pintu keluar. Saya pasrahkan semuanya pada
Tuhan. Ego saya tersungkur di cobaan Tuhan yang mungkin cuman seujung
jari bagiNya. "Hamba minta ampun, Tuhan," rapal saya dalam hati.
Dan
emang Dia adalah sebaik baiknya penutup aib. Pintu air seni itu jebol
tepat ketika saya menginjakkan kaki di lantai kamar mandi rumah. Saya
bersyukur sekaligus baru menyadari bahwa bisa pipis adalah kenikmatan
hakiki yang terkadang sering kita abaikan.
Maka, nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?
Comments