I am Adam Lanza's mother
Masih teringat Jumat malam itu, saat saya sampai ke rumah mendapati mbak Iyah bermuram durja tidak seperti biasanya. "Bapak gimana, mbak?" Mbak Iyah diam tanpa jawaban. Sesuatu tak terlihat terasa merangkul saya, merindingkan bulu roma. Di kamar adik saya, saya lihat bapak dalam tingkah yang aneh. Gerakannya seperti ingin meraih sesuatu berulang-ulang. Tak tega melihat bapak tidur di kasur yang sempit, saya memutuskan untuk memindahkannya ke kamar dia yang lebih besar. Kamar yang sudah tidak pernah ditidurinya semenjak kepergian mama. Tak berapa lama kemudian dengan susah payah kami berdua mencoba membopong bapak ke kamarnya. Tubuhnya yang besar mengalahkan kekuatan kami berdua. Setengah perjalanan kami hampir tersungkur. "Maaf ya, Pak" berkali kali saya ucapkan tapi nampaknya bapak sudah tidak peduli. Usai menelepon keluarga memberitahu kondisi bapak, saya susul mbak iyah yang masih diam seribu bahasa ke dapur. Saya lihat dia sedang membuatkan ...